Minggu, 17 Februari 2013

Imlek, Tahun baru cina


Bagaimana asal mula hari raya imlek ini?
Dikutip dari laman wikipedia, perayaan tahun baru imlek adalah hari pertama bulan pertama di penanggalan Tionghoa. Perayaan ini berakhir dengan Cap Go Meh pada hari ke lima belas, tepat saat bulan purnama.
Di negara asalnya di Tingkok, perayaan tahun baru imlek dilakukan dengan beragam sesuai dengan masing-masing suku. Suko Hakka, misalnya, merayakan imlek pada hari ke sembilan. Penyebabnya, menurut kepercayaan mereka, suku Hakka masih dilanda perang ketika suku lain di cina tengah merayakan hari raya. Mereka baru terbebas dari peperangan pada hari ke sembilan tahun baru imlek.
Tahun baru imlek biasanya dirayakan antara tanggal 21 Januari sampai 20 Februari setiap tahun. Berdasarkan kalender Tionghoa, titik balik matahari musim dingin terjadi pada bulan November. Ini artinya, tahun baru imlek dirayakan dua bulan sesudahnya.
Sejauh ini, belum ada catatan sejarah yang dianggap sahih tentang kapan awalnya tahun baru imlek dirayakan. Umumnya, orang Tionghoa mengenal imlek pada masa Dinasti Qin.
Beda dinasti, beda pula penanggalannya. Pada masa Dinasti Xia, awal tahun baru Cina bersamaan dengan bulan Januari. Masa Dinasti Shang jatuh pada bulan Desember, sedangkan saat Dinasti Zhou berkuasa, imlek dirayakan pada bulan November.
Pada 104 SM, Kaisar Wu yang memerintah sewaktu Dinasti Han menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun sampai sekarang. Sebelumnya,  Kaisar pertama China Qin Shi Huang menetapkan bahwa tahun tionghoa berawal di bulan 10 pada 221 SM.
Kebudayaan Cina tidak terlepas dari mitos. Syahdan, pada dahulu kala ada seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan. Dalam kisah lain ada yang mengatakan raksasa itu datang dari bawah laut. Makhluk yang disebut Nian itu datang pada setiap akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak, bahkan penduduk desa.
Untuk melindungi diri, para penduduk menaruh makanan di depan pintu pada awal tahun. Dengan begitu, mereka yakin Nian akan memakan makanan itu sehingga tidak lagi menyerang manusia atau mencuri ternak.
Suatu hari, warga memergoki Nian lari ketakutan setelah bertemu seorang anak kecil yang memakai pakaian serba merah. Peristiwa itu membuat penduduk yakin Nian takut pada warna merah. Itu sebabnya, mereka kemudian menggantungkan lentera atau lampion warna merah di jendela dan pintu. Kembang api juga menjadi salah satu senjata untuk menakuti Nian. Benar saja, sejak itu Nian tak pernah datang lagi ke desa.  Adat pengusiran Nian ini kemudian berkembang menjadi tradisi menyambut tahun baru. Karena itu pula, jangan heran kalau melihat warna merah mendominasi perayaan tahun baru imlek.
Di Indonesia, segala hal berbau tionghoa pernah dilarang di masa pemerintahan Presiden Soeharto sejak 1968 hingga 1999. Soeharto menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 14 tahun 1967. Aturan itu kemudian dicabut pada masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid yang dikenal dengan sebutan Gus Dur pada tahun 2000.
Pada 9 April 2001, Gus Dur juga menetapkan hari imlek sebagai hari libur bagi mereka yang merayakannya lewat Keputusan Presiden Nomor 19/2001.  Setahun kemudian, pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Source : atjehpost.com
photo : koleksi Pribadi